Tulisan ini dimaksudkan dalam
rangka menterjemahkan pasal 22 Ayat (4) Peraturan Menteri PUPR Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Pembangunan Gedung Negara, dimana dalam pasal tersebut menjelaskan beberapa tahapan
pengaturan pencairan biaya perencanaan teknis hasil kerja konsultan dalam
pelaksanaan kegiatan Perencanaan Teknis yang berimplikasi langsung terhadap pelaksanaan
konstruksi fisik selanjutnya.
Dijelaskan pula dalam pasal
tersebut bahwa pembayaran biaya perencanaan teknis didasarkan pada pencapaian
prestasi atau kemajuan perencanaan setiap tahapan yang meliputi:
a. Tahap konsepsi perancangan akan
dibayarkan 10%;
b. Tahap pra rancangan akan
dibayarkan 20%;
c. Tahap pengembangan rancangan akan
dibayarkan 25%;
d. Tahap rancangan gambar detail dan
penyusunan RKS akan dibayarkan 25%;
e. Tahap pelelangan penyedia jasa
pelaksanaan konstruksi akan dibayarkan 5%;
f. Tahap pengawasn berkala akan
dibayarkan 15%.
Dari
pentahapan tersebut di atas saya akan menjelaskan pengertian dan detail tiap
tahapan produk perencanaan yang ada kaitannya dengan ilmu arsitekur agar
pembaca yang tidak memiliki pengetahuan tentang ilmu arsitektur dapat memahaminya.
Karena yang saya bahas tetang ilmu asrsitekturnya saja maka pembahasan tulisan
berikut hanya pada point ‘a’ sampai
dengan point ‘d’ sebagai berikut:
A.
Tahap Konsepi Perancangan
Bangunan
Pada tahapan ini pembiayaan perencanaan yang diperoblehkan dicairkan
sebesar 10% dikalikan dengan nilai kontrak setelah dilakukan pemaparan dari
konsultan serta dimintakan korekai dan persetujuan tim teknis serta PPK. Untuk
menyamakan persepsi terkait Tahap Konsepsi Perancangan Bangunan akan saya
jelaskan sesuai dengan kaidah-kaidah Ilmu Arsitektur adalah sebagai berikut:
1.
Sistematika
Dasar Konsep Perancangan Bangunan
Pengertian
Konsep dalam ilmu arsitektur adalah sebuah awal mula proses perancangan dimana
seorang designer memilih dan menentukan suatu jenis produk rancangan bangunan
yang akan dikerjakan. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit dalam proses
design dikarenakan segala hal diperhitungkan dengan berbagai macam
pertimbangan. Konsep akan memandu semua keputusan design yang diungkapkan
melalui sketsa abstrak dan pernyataan mewakili sebuah keinginan.
Dalam membuat dan merancang sebuah
bangunan, hal pertama yang akan dilakukan adalah memikirkan bagaimana konsep
bangunan tersebut. Sebagai contoh apabila kita ingin membangun rumah dengan
konsep bangunan klasik, tentunya yang harus kita ketahui dan pikirkan bagaimana
filosofi sebuah bangunan klasik. Kita akan mencari tahu segala hal mengenai
kapasitas sebuah bangunan tersebut. Program kegiatan ruang dan analisis site
memberikan informasi, pertimbangan dan kondisi yang mempengaruhi keputusan
desain dan akan memberikan solusi untuk persyaratan sebuah kondisi lokasi dan
aspirasi manusia.
Gambar 1: Analisis SITE
(wordpress.com)
Sistematika dasar konsep perancangan
bangunan terdiri dari berbagai macam
variable tertentu maupun tak tentu disesuaikan dengan prinsip bangunan rencana,
yang setiap jenisnya memiliki langkah dan alur kerja yang berbeda beda.
2. Jenis Konsep Design
Dalam ilmu arsitektur digunakan 5
jenis konsep dasar yang menjadi acuan disegala jenis pembangunan baik pada
proyek-proyek yang berskala kecil maupun yang berskala mega. Jenis konsep ini
merupakan acuan standart dan merupakan dasar dari system perancangan.
a. Konsep Analogi
Konsep
analogi merupakan konsep umum yang digunakan khususnya dibidang arsitektur
untuk menyatakan suatu sifat dan bentuk baru suatu rancangan bangunan
berdasar pada suatu bentuk alami yang sudah ada, Geoffrey Boardbent dalam
bukunya Design in Architecture berkata bahwa “mekanisme sentral dalam
menjelaskan analisa-analisa ke dalam sintesa adalah analogi”.
Maksudnya
adalah bahwa pendekatan analogi bukan sekadar menjiplak bentuk dari objek alam
yang dianalogikan, akan tetapi diperlukan proses-proses analisis serta
perangkaian suatu bentuk, sehingga menghasilkan bentuk baru yang masih memiliki
kemiripan visual dengan objek yang dianalogikan tersebut.
Gambar
2: Analogi Wanita Yang Feminim dan Elegant (wordpress.com)
Konsep
analogi mengidentifikasikan hubungan yang mungkin antara benda-benda tersebut.
Sebuah benda dapat diidentifikasi dan mempunyai semua sifat khas yang
diinginkan. Dengan demikian ia akan menjadi model untuk proyek-proyek
mendatang. Contoh aplikasi konsep analogi adalah menara eiffel yang dianalogikan sebagai sosok wanita feminim dan
elegan.
b. Konsep Metafora
b. Konsep Metafora
Seperti halnya dengan konsep
analogi, konsep metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda-benda dalam
hubungan yang bersifat lebih abstrak dibandingkan nyata. Contoh bangunan dengan
penerapan konsep metafora adalah New
Louvre Museum di Abu Dabhi yang dirancang oleh Jean Nouvel dengan melakukan
pendekatan metafora yang mengibaratkan museum seperti dalam hutan.
Gambar 3: Konsep Metamorf Bangunan
New Louvre Museum (wordpress.com)
Di indonesia sendiri, contoh
bangunan metafora pernah digunakan oleh Ridwan Kamil dalam merancang museum
tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam.
Gambar 4: Konsep Metamorf Bangunan Tsunami
di Aceh Darussalam (wordpress.com)
c. Konsep Esensi/Hakekat
Konsep Esensi/Hakekat adalah
menyaring dan memusatkan aspek-aspek persoalan yang rumit menjadi
keterangan-keterangan yang lebih ringkas. Hakekat mengandung pengertian dalam
aspek yang paling penting dari benda yang dianalisis. Pada dasarnya hakekat
antara lain adalah konsep yang mengandung pengertian aspek yang paling penting
serta intrinstik dalam desain. Konsep ini merupakan hasil penemuan serta
identifikasi pokok masalah. Salah satu arsitek yang mampu mengidentifikasikan
hakekat menjadi sebuah bangunan adalah Ero Saarinen. Ia mendesain terminal TWA
di Bandar Udara Internasional Kennedy. Bangunan ini merefleksikan dua hakekat
dari bandara yakni, pertama sebagai kompleks terminal yang menjadi bagian dari
Idlwild (sekarang dikenal dengan Kennedy International), suatu bangunan untuk TWA
yang mengesankan; kedua adalah sebagai sebuah bangunan yang menggambarkan
ekspresi drama keistimewaan dan kegairahan dari sebuah perjalanan.
Gambar 5: Konsep Metamorf Bangunan
New Louvre Museum (wordpress.com)
d. Konsep Programatik/Pragmatik
Konsep programatik adalah konsep
yang dikembangkan berkisar tentang persoalan-persoalan yang pragmatis, yang
diidentifikasi dari program sebuah bangunan. Konsep ini dikenal sebagai
tanggapan langsung dari pemecahan masalah suatu proyek dan perancangannya. Jika
Anda dihadapkan pada sebuah perancangan, hendaknya perlu dikenali terlebih
dahulu permasalahan yang ada. Setelah itu, identifikasi lebih detail kemudian
mencari solusi desain dengan pemecahan dari berbagai sumber. Hal inilah yang
dimaksud dengan programatik atau tanggapan langsung dari pemecahan masalah.
Gambar 6: Konsep Pragmatik : Museum
Udara oleh Gyo Obata (wordpress.com)
Arsitek asal Amerika berhasil yang
bernama Gyo Obata mengaplikasikan konsep ini dalam merancang museum udara dan
ruang angkasa di Washington DC. Dalam kasus ini obata berhasil
mengidentifikasikan permasalahan utama pada perancangan bangunan itu. Titik
permasalahan terletak pada sirkulasi dan orientasi bagi pengunjung yang
jumlahnya sangat banyak. Akhirnya konsep yang dikembangkan sebagai alternatif
desain adalah dengan mendesain sebuah jalan raya dua tingkat yang menghubungkan
serangkaian ruang pameran tertutup. Konsep ini juga umum dan sering digunakan
dalam proyek pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan dalam
negeri.
e. Konsep Utopia
(Cita-cita)
Konsep Utopia atau cita-cita
merupakan konsep ideal yang dibawa oleh arsitek kepada masalah yang
bersangkutan. Konsep yang tepat pada suatu proyek akan dijadikan sebagai
inspirasi dan cita-cita oleh sang arsitek. Konsep cita-cita berkaitan erat
dengan pengetahuan serta pengalaman sang arsitek tentang perancangan
tertentu yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan pengalaman panjang
dalam mengerjakan perancangan ataupun kasus proyek yang berbeda-beda.
Gambar 7: Konsep Utopia Bangunan Hearst
Tower (wordpress.com)
Salah satu karya rancangan yang
menerapkan konsep utopia atau cita-cita adalah Hearst Tower di Manhattan, New York
yang dirancang oleh Foster + partners. Gedung ini sangat mencolok dan mudah
ditemukan diantara bangunan-bangunan disekitarnya. Bangunan yang menggunakan fasad diagrid dari segitiga baja di
desain untuk menggunakan kurang dari 21% baja dibandingkan dengan
bangunan-bangunan pada umumnya. Ada macam-macam konsep bangunan yang dapat
terapkan jika hendak merancang.
Pastikan menggunakan konsep yang
tepat sesuai dengan masalah serta kebutuhan yang dimiliki. Seperti halnya jika
kita ingin membuat desain rumah minimalis kenali dulu apa itu minimalis. Jika
kita ingin membangun rumah tropis, kenali dulu ciri rumah tropis dan
sebagainya.
3. Analisis
Sebelum kegiatan perancangan
dimulai, perlu ada kejelasan mengenai semua data dan informasi dari pengguna
jasa yang terkait tentang kebutuhan dan persyaratan pembangunan agar
supaya maksud dan tujuan pembangunan dapat terpenuhi dengan sempurna. Pada
tahap ini arsitek melakukan persiapan perancangan yang meliputi pemeriksaan
seluruh data serta informasi yang diterima, membuat analisis dan pengolahan
data yang menghasilkan. Program rancangan yang disusun arsitek berdasarkan
pengolahan data primer maupun sekunder serta informasi lain untuk mencapai
batasan tujuan proyek serta kendala persyaratan/ketentuan pembangunan yang berlaku.
Setelah program rancangan diperiksa
dan mendapat persetujuan pengguna jasa, selanjutnya digunakan sebagai dasar
untuk konsep rancangan. Konsep rancangan yang merupakan dasar pemikiran dan
pertimbangan-pertimbangan semua bidang terkait baik struktur, mekanikal,
elektrikal, dan atau bidang keahlian lain bila diperlukan yang melandasi
perwujudan gagasan rancangan yang menampung semua aspek, kebutuhan, tujuan,
biaya, dan kendala proyek. Setelah mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa
konsep ini merupakan dasar perancangan tahap selanjutnya.
4. Menganalisa Tapak Bangunan
Salah satu
tanggung jawab awal bagi arsitek terletak pada rancangan bangunan, yaitu ruang
tertutup untuk kegiatan manusia.Tetapi, bangunan pada umumnya tidak berada
dalam kesendirian artinya selalu ada lingkungan yang akan mempengaruhinya;
mereka berada dalam konteks ruang, perilaku dan persepsi. Perencanaan tapak (site planning) adalah seni menata
lingkungan buatan manusia dan lingkungan alam guna menunjang kegiatan - kegiatan
manusia. Pengkajian perencanaan tapak sering tersusun dalam dua komponen yang
berhubungan yaitu (Snyder dan
Catanese,1984 : 181);
a.
Lingkungan Alam, dibayangkan sebgai
suatu sistem ekologi dari air, udara, energi, tanah, tumbuhan (vegetasi), kegiatan
manusia merupakan bagian penting dari sistem ekologi ini.
b.
Lingkungan buatan manusia, terdiri
dari bentuk - bentuk kota yang dibangun , struktur fisik dan pengaturan
ruangnya serta pola - pola perilaku sosial,politik, dan ekonomi yang membentuk
lingkungan fisik tersebut. Seringkali lingkungan buatan meliputi suatu
pelanggaran lingkungan alam yang disengaja. Umpamanya kota - kota meliputi
sistem infrastruktur yang meluas untuk air, tenaga , pengangkutan, saluran
pembuangan air hujan dan saniter, dsbnya. Konteks tapak dapat digolongkan
sebagai :
- ex-urban ( di luar pinggiran kota )
- sub-urban ( pinggiran kota )
- urban ( perkotaan )
5. Proses Perencanaan Tapak
Dalam
perancangan tapak ( site planning ) , seperti dalam bentuk - bentuk lain
pemecahan persoalan arsitektur, diperlukan proses yang rasional dan kritis
.Umpamanya , sekali pun klien menentukan sasaran pokok ,sasaran ini tidak dapat
sepenuhnya ditetapkan sampai analisa tapaknya telah diselesaikan sepenuhnya
dengan di identifikasikannya potensi potensi tapak, kendala - kendala, dan
konsep - konsep rancangan.
a.
Sasaran
Pemahaman klien dan peranan klien dalam proses perencanaan
adlah langkah pertama. Klien menentukan tujuan - tujuan umum bagi program ;
arsitek mempunyai tanggung jawab langsung kepada klien.Arsitek harus mengakui
tanggung jawabnya baik kepada pelaksana maupun kepada pemakai akhir, dengan
mengidentifikasi dan mengimbangi kebutuhan - kebutuhan mereka. Arsitek juga
harus bekerja di dalam kerangka institusional masyarakat , termasuk hal - hal
kebijaksanaan umum dan pengawasan fiskal serta legislatif yang mempengaruhi
penggunaan tempat bangunan tersebut. Dalam kelompok akhir yang terlibat dalam
sasaran perancangan tapak termasuk para penduduk dan/atau pemilik tanah
setempat dan ada yang berdekatan; mereka memperhatikan dampak pembangunan baru
atau pembangunan kembali di daerah di dekatnya. Arsitek perancang harus
mempertimbangkan keberatan- keberatan kepentingan (yang ada kalanya bersaing)
semua mereka ini.
b.
Analisis Program
Pengembangan program didasarkan atas pemahaman kebutuhan
semua kelompok klien sehubungan dengan kegiatan - kegiatan yang akan
disesuaikan (syarat-syarat ruang dalam dan luas) dan hubungan ruang dan waktu
antara kegiatan-kegiatan dan penghubung - penghubung fisik (jalan setapak,
jalan raya, jalan kecil) yang diperlukan guna membuat hubungan ini. Proses
pemrograman tapak merupakan hakikat dari semua pemprograman arsitektur yaitu
meliputi penentuan secara sitematis pola - pola kegiatan yang dikehendaki dan
tanggapan-tanggapan fisik atau fungsional terhadap pola - pola itu.
c.
Analisis Tapak
Analisis tapak menghendaki perhatian yang sistematis akan
tiga konteks utama :
□ Konteks ruang dari tapak ( alam dan
buatan )
□ Konteks perilaku ( Pola - pola
kegiatan sosial ekonomi dari tapak dan lokalitas, dengan kebijaksanaan -
kebijaksanaan pemerintah yang mempengaruhi pembangunan tapak)
□ Konteks persepsi ( persepsi dan
penggunaan ruang ) tugasnya adalah melaksanakan dan menata pengaturan ruang
dengan citra visual yang bertalian, sesuai dengan kapasitas tampung tapak dan
kebutuhan - kebuthan perilaku para pemakai dan loyalitas( Snyder dan
Catanese,1984 : 183)
6. Lingkungan Perilaku Dan
Infrastruktur Umum
Perancangan
tapak harus memperhatikan hal - hal di luar batas - batas tapak untuk mengkaji
distribusi ruang dari kegiatan - kegiatan sosial dan ekonomi dan kaitannya
dalam lokalitas.Lingkungan ruang untuk suatu tapak meliputi komunitas yang
lebih besar dimana kegiatan berfungsi, maupun daerah bersebelahan yang lebih dekat.
Dalam setiap hal yang menjadi perhatian adalah sifat hubungan , jenis arus (
kendaraan, pejalan kaki, barang, ) arah arus dan rute jalan masuk yang
diperlukan untuk menampung arus.
a.
Pola - pola Kegiatan Perkotaan
Daerah perkotaan ( urban ) ditandai oleh pemusatan penduduk
sekitar satu atau beberapa titik pusat dan sepanjang jalur pengangkutan utama,
dengan gradien pemusatan dari kepadatan yang tertinggi di pusat sampai yang
terendah di tepi. Pemusatan terjadi
karena kebutuhan manusia untuk bergaul secara ekonomi dan sosial karena itulah
kebutuhan untuk kedekatan disebabkan oleh perbedaan jarak. Kecenderungan
melakukan pemusatan menghasilkan persaingan bagi tempat - tempat yang berlokasi
di pusat dan mudah terapai secara tradisional dengan bagian perdagangan atau
daerah bisnis pusat dalam suatu kota radial. Persaingan ini tercermin dalam
nilai lahan dan dalam kepadatan pertumbuhan.
b.
Pola pola kegiatan Setempat
Tiap sektor dan lokalitas atau lingkungan di dalamnya
merupakan lokasi dan lingkungan yang khas .Satu teknik untuk menganalisis
lingkungan kegiatan lokal maupun perkotaan suatu tapak meliputi pemetaan
pembagian ruang dari kegiatan - kegiatan yang berkaitan dan sifat kaitan -
kaitan jalan masuk. Sebuah diagram demikian mencatat faktor - faktor berikut:
□ Lokasi kegiatan yang berhubungan di
daerah lokal dan daerah perkotaan;
□ Lokasi kegiatan yang tidak cocok di
daerah local;
□ Arah arus ( ke dalam , ke luar, dua
arah ) diantara kegiatan – kegiatan;
□ Frekuensi interaksi ( tiap hari,
tiap minggu, tiap bulan );
□ Rute jalan masuk ( pejalan kaki,
bus, mobil, kereta api ).
Jenis diagram ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
menilai kecocokan berbagai lokalitas dari segi kesesuaian campuran penggunaan,
kedekatan kegiatan- kegiatan yang berkaitan dan kualitas jalan masuk.
c. Pengangkutan dan Sirkulasi
Utilitas setiap tempat mana saja sebagian besar merupakan fungsi dari kemudahan memasuki ; sistem - sistem sirkulasi memberikan kaitan yang menghubungkan kegiatan dalam ruang. Arus lalu lintas , fasilitas parkir, dan arus pejalan kaki pada hakikatnya merupakan suatu pola arus masyarakat. Sistem sirkulasi kendaraan merupakan unsur utama dalam menyusun suatu rencana tapak. Pola ruang yang digunakan adalah kisi - kisi, melingkar, linear , organik.dan kombinasi semuanya ini. Sistem jalan adalah sistem yang paling mahal dan merupakan unsur perancangan tapak yang tampaknya mengganggu.
Gambar 8 : Rencana Tapak (wordpress.com)
d.
Utilitas
Saluran pembuangan air hujan dan saniter, air dan energi (gas atau listrik) harus terdapat di tapak tersebut dan dimasukkan dalam perancangan tapak. Dalam perancangan tapak, saluran-saluran utilitas harus dipadukan dengan sistem sirkulasi lain untuk menyusun suatu rencanan tapak yang efisien.(Snyder dan Catanese,1984 : 190)
e. Pengawasan Kelembagaan
Lingkungan rancangan dibatasi oleh luasnya tata guna lahan dan kebijaksanaan - kebijaksanaan dan pengawasan-pengawasan pemerintah yang merinci jenis pembangunan yang diizinkan dalam suatu daerah dan cara suatu tapak khusus dapat dibangun untuk sesuatu kegunaan. Peraturan-peraturan ini menetapkan standar minimum untuk peningkatan perbaikan yang diperlukan yang meliputi hal-hal berikut :
□ Jalan-tata letak jalan, tingkat jalan, pinggir jalan,
selokan, kaki lima, tanda jalan dan penanaman pohon,
□ Lahan-ukuran lahan , batas bangunan, dan garis sempadan.
□ Utilitas-saluran limbah, air, listrik, gas, telpon.
Gambar 9:
Orientasi tapak (wordpress.com)
Jadi kesimpulnnya pada tahap ini arsitek melakukan persiapan
perancangan yang meliputi pemeriksaan seluruh data serta informasi yang
diterima, membuat analisis dan pengolahan data yang menghasilkan:
a.
Program Rancangan yang disusun
arsitek berdasarkan pengolahan data primer maupun sekunder serta informasi lain
untuk mencapai batasan tujuan proyek serta kendala persyaratan/ketentuan
pembangunan yang berlaku. Setelah program rancangan diperiksa dan mendapat
persetujuan pengguna jasa, selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk konsep
rancangan.
b.
Konsep Rancangan yang merupakan
dasar pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan semua bidang terkait (baik
struktur, mekanikal, elektrikal, dan atau bidang keahlian lain bila diperlukan)
yang melandasi perwujudan gagasan rancangan yang menampung semua aspek,
kebutuhan, tujuan, biaya, dan kendala proyek. Setelah mendapatkan persetujuan
dari pengguna jasa konsep ini merupakan dasar perancangan tahap selanjutnya.
B. Tahap
Pra Rancangan
Setelah konsep desain dan tapak diserah terimakan, tahap
selanjutnya adalah Pra Rancangan dimana sesuai Permen PUPR No. 22 Tahun 2018
dapat dicairkan anggaranya sebesar 20% dari nilai kontrak, tentunya setelah
dilakukan paparan oleh konsultan perencana dihadapan tim teknis dan PPK dan
mendapat koreki dan persetujuannya.
1.
Prarancangan
Berdasarkan Konsep Rancangan yang paling sesuai dan dapat
memenuhi persyaratan program perancangan, arsitek menyusun pola dan gubahan
bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-gambar. Sedangkan nilai
fungsional dalam bentuk diagram-diagram. Aspek kualitatif lainnya serta aspek
kuantitatif seperti perkiraan luas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem
konstruksi, biaya, dan waktu pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk
laporan tertulis maupun gambar-gambar. Setelah diperiksa dan mendapat
persetujuan dari pengguna jasa, arsitek akan melakukan kegiatan tahap
selanjutnya.
2. Sasaran
Dalam
tahapan ini sasarannya adalah:
a.
Membantu pengguna jasa dalam
memperoleh pengertian yang tepat atas program dan konsep rancangan yang telah
dirumuskan arsitek;
b.
Mendapatkan pola dan gubahan bentuk
rancangan yang tepat, waktu pembangunan yang paling singkat, serta biaya yang
paling ekonomis;
Gambar 10: Gubahan Bentuk Bangunan (wordpress.com)
c.
Memperoleh kesesuaian pengertian
yang lebih tepat atas konsep rancangan serta pengaruhnya terhadap kelayakan
lingkungan;
Gambar 11: Bangunan berorientasi
terhadap lingkungan (wordpress.com)
d.
Menunjukkan keselarasan dan
keterpaduan konsep rancangan terhadap ketentuan Rencana Tata Kota dalam rangka
perizinan.
Gambar 12: Banguan kesusaian dengan Tata Kota (wordpress.com)
C.
Pengembangan Rancangan
Pada tahap ini sesuai dengan Permen PUPR No. 22 Tahun 2018,
konsultan perencana berhak mendapatkan pencairan anggaran 25% dari nilai
kontrak setelah di setujui oleh Tim Teknis dan PPK. Hal-hal yang dilakukan oleh
peencana adalah sebagai berikut:
1.
Pada tahap Pengembangan Rancangan, arsitek bekerja atas dasar prarancangan yang
telah disetujui oleh pengguna jasa untuk menentukan:
a. Sistem konstruksi dan struktur bangunan, sistem
mekanikal-elektrikal, serta disiplin terkait lainnya dengan mempertimbangkan
kelayakan dan kelaikannya baik terpisah maupun secara terpadu.
Gambar
13 : Struktur Bangunan (wordpress.com)
Gambar
14: Gambar Rencana Mekanikal Elektrikal (wordpress.com)
b. Bahan bangunan akan dijelaskan secara garis besar dengan
mempertimbangkan nilai manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi, dan nilai
ekonomi.
c. Perkiraan biaya konstruksi akan disusun berdasarkan
sistem bangunan, kesemuanya disajikan dalam bentuk gambar-gambar,
diagram-diagram sistem, dan laporan tertulis.
Setelah
diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, hasil pengembangan
rancangan ini dianggap sebagai rancangan akhir dan digunakan oleh arsitek
sebagai dasar untuk memulai tahap selanjutnya.
2. Sasaran tahap ini adalah:
a. Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud
karakter bangunan secara menyeluruh, pasti, dan terpadu.
b. Untuk mematangkan konsep rancangan secara keseluruhan,
terutama ditinjau dari keselarasan sistem-sistem yang terkandung di dalamnya
baik dari segi kelayakan dan fungsi, estetika, waktu, dan ekonomi bangunan.
D.
Tahap rancangan gambar detail dan penyusunan RKS
Pada tahap ini sesuai dengan Permen PUPR No. 22 Tahun 2018,
konsultan perencana mendapatkan pencairan anggaran 25% dari nilai kontrak
setelah di setujui oleh Tim Teknis dan PPK. Hal-hal yang dilakukan oleh
perencana adalah sebagai berikut:
1.
Pada tahap Pembuatan Gambar Kerja, berdasarkan
hasil Pengembangan Rancangan yang telah disetujui pengguna jasa, Arsitek
menerjemahkan konsep rancangan yang terkandung dalam Pengembangan Rancangan
tersebut ke dalam gambar-gambar dan uraian-uraian teknis yang terinci sehingga
secara tersendiri maupun secara keseluruhan dapat menjelaskan proses
pelaksanaan dan pengawasan konstruksi.
Gambar
15: Gambar Kerja Tampak Depan (wordpress.com)
Gambar
16: Gambar Kerja Detail Pondasi (wordpress.com)
Arsitek menyajikan dokumen pelaksanaan dalam bentuk
gambar-gambar kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat-syarat teknik
pembangunan yang jelas, lengkap dan teratur, serta perhitungan kuantitas
pekerjaan dan perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan yang jelas, tepat, dan
terinci.
Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna
jasa, Gambar Kerja yang dihasilkan ini dianggap sebagai rancangan akhir dan
siap digunakan untuk proses selanjutnya.
Gambar
17: Rencana Anggaran Biaya (RAB) (wordpress.com)
2. Sasaran tahap ini adalah:
a. Untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan konstruksi,
agar supaya konsep rancangan yang tergambar dan dimaksud dalam
Pengembangan Rancangan dapat diwujudkan secara fisik dengan mutu yang baik.
b. Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif, agar supaya biaya
dan waktu pelaksanaan pembangunan dapat dihitung dengan seksama dan dapat dipertanggungjawabkan.
c. Untuk melengkapi kejelasan teknis dalam bidang
administrasi pelaksanaan pembangunan dan memenuhi persyaratan yuridis yang
terkandung dalam dokumen pelelangan dan dokumen perjanjian/kontrak kerja
konstruksi.
Demkian tulisan ini semoga bermanfaat dan dapat memberikan
gambaran dan wawasan kepada para pembaca umumnya dan para pelaku pengadaan
barang/jasa khususnya yang selama ini masih kurang memhami tentang seluk beluk
pekerjaan jasa konsultan yang dibiayai oleh dana APBD/APBN.
Daftar Pustaka:
1.
Geoffrey
Boardbent dalam bukunya Design in Architecture
2.
Ching, Francis D.K. Architecture: Form,
Space and Order. Van Nostrand Reinhold Co. 1979
3.
Yoshinobu Ashihara (1974) dalam buku
Dyan Surya Merancang Ruang Luar
4.
Chiara JD. dan LE. Koppelman. 1994.
Standar Perencanaan Tapak (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
5. https://www.google.com/search?q=GUBAHAN+BENTUK+RANCANGAN+BANGUNAN&client=firefox-b-d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiOwJnZ-7nlAhU0meYKHXYOBRoQ_AUIESgB&biw=1280&bih=607#imgrc=hnpqBk8sATWjZM: